Manfaat Penilaian Autentik
Menerapkan model penilaian otentik berpotensi mendatangkan berbagai manfaat dan keuntungan. Menurut Diane Hart, dalam pengantar yang sangat baik pada : A Handbook untuk Pendidik menyatakan berbagai kelebihan penggunaan model penilaian otententik, yaitu:
- Siswa berperan aktif dalam proses penilaian. Pada fase ini dapat mengurang rasa cemas, takut mendapatkan nilai jelek yang dapat menggganggu harga dirinya.
- Penilaian autentik berhasil digunakan dengan siswa dari berbagai latar belakang budaya, gaya belajar, dan kemampuan akademik.
- Tugas yang digunakan dalam penilaian otentik lebih menarik dan mencerminkan kehidupan sehari-hari siswa.
- Sikap yang lebih positif terhadap sekolah dan belajar dapat berkembang.
- Penilaian otentik mempromosikan pendekatan yang lebih berpusat pada siswa untuk mengajar.
- Guru memegang peran lebih besar dalam proses penilaian selain melalui program pengujian tradisional. keterlibatan ini lebih mungkin untuk memastikan proses evaluasi mencerminkan tujuan dan sasaran program.
- penilaian otentik menyediakan informasi yang berharga kepada guru pada kemajuan siswa serta keberhasilan instruksi.
- Orang tua akan lebih mudah memahami penilaian otentik dari persentil abstrak, perangkingan, dan pengukuran lain tes standar.
- penilaian autentik baru untuk kebanyakan siswa. Mereka mungkin curiga pada awalnya, tahun pengkondisian dengan paper tes,, mencari jawaban yang benar tunggal, tidak mudah dibatalkan.
- penilaian otentik memerlukan cara baru untuk merasakan bahwa dia sedang belajar dan dievaluasi.
- Peran guru juga berubah. Tugas khusus, baik dalam bentuk pekerjaan maupun dalam bentuk pengasaan pengetahuan dan keterampilan haru harus diidentifikasi secara jelas di awal.
- Dengan cara itu maka siswa dapat memulai sesuatu yang berbaik skala kecil dan dari awal.
Contoh penilaian autentik, meliputi:
- Penampilan keterampilan siswa atau mendemonstrasikan bagaimana siswa menerapkan ilmu pengetahuan.
- Melakukan simulasi atau bermain peran.
- Rekaman portofolio atau item strategic yang terpilih.
- Pamaran atau kompetensi yang dapat siswa tunjukkan. (Wikipedia, 2010)
Berikut contoh prosedur penilaian yang dapat guru gunakan untuk mengukur ketrampilan pemecahan masalah siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Tatag Y. E. Siswono dari Unesa (2002) dengan tujuan pembelajaran siswa dapat memecahkan masalah secara kolaboratif.
Ada pun hal yang guru nilai meliputi;
- Siswa memberikan jawaban benar-salah tentang prosedur yang terbaik untuk memecahkan masalah dalam kelompok.
- Siswa menjawab rangkaian tes tentang langkah-langkah memecahkan masalah dalam kelompok.
- Siswa membuat rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana cara memecahkan masalah secara kolaborasi, kemudian memberikan jawaban singkat terhadap pertanyaan itu.
- Siswa merumuskan masalah baru, kemudian diminta untuk menulis essay yang berhubungan dengan bagaimana kelompok itu harus bekerja menyelesaikan masalah itu.
- Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah baru.
- Siswa menyajikan hasil kerja kelompok dan guru mengamati dan menilai usahanya.
Leave a Reply