education center

Metodologi Penelitian

Ranah Pengetahuan Menurut Cangelosi

Istilah yang sering digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa adalah evaluasi, penilaian, pengukuran dan tes. Evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional. Menurut Cangelosi (1990), pengukuran merupakan proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan data ini dilakukan untuk memperkirakan hal-hal yang diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan  serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa.

Kriteria Instrumen Tes yang Baik

Sebuah tes dikatakan baik jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :

  1. Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan valid bila tes  itu isinya dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya alat ukur yang digunakan tepat. Dapat juga dikatakan bahwa validitas adalah tingkat ketepatan suatu tes mengukur apa yang dimaksudkan peneliti untuk di ukur.
  2. Bersifat reliable, atau memiliki reliabilitas yang baik. Reliabilitas sering diartikan dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan reliabel jika tes itu diberikan berulang-ulang memberikan hasil yang sama, dengan kata lain reliabilitas merupakan kemampuan untuk mempertahankan konsistensi mutu hasil tes. Ada tiga aspek yang harus diperhatiokan, yaitu inter marker, intra marker dan parallel form reliability. Reliabilitas dapat di uji dengan berbagai cara, salah satunya adalah tes ulang (re test), belas dua (split half) dan tes bentuk lain (alternate form)
  3. Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan. Tes memiliki sifat kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes dan memiliki nilai ekonomi tetapi harus tetap mempertimbangkan kerahasiaan tes.

Namun syarat minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah valid dan reliable.

Sebelum soal-soal dalam suatu tes digunakan, soal-soal tersebut harus diuji coba dahulu, selanjutnya dilakukan pengujian validitas yang terdiri dari :

  1. Validitas isi atau kontruk. Validitas ini bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dan kesesuaian dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Validitas ini dilakukan dengan meminta pertimbangan dari para ahli (pakar) dalam bidang evaluasi atau ahli dalam bidang yang sedang diuji.
  2. Validitas prediksi, validitas ini dimaksudkan agar hasil tes mampu memprediksi keberhasilan peserta didik di kemudian hari, misalnya ujian masuk sekolah atau perguruan tinggi atau seleksi suatu perlombaan atau kegiatan.

 

  1. Validitas empiris (kriterium), validitas ini bertujuan untuk menentukan tingkat kehandalan soal.

Beberapa faktor yang mempengaruhi validitas sebuah tes, diantaranya :

  1. Faktor dari dalam tes :
    1. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes.
    2. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi terlalu sulit.
    3. Item-item tes dikonstruksikan dengan jelek.
    4. Tingkat kesulitan tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa.
    5. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini mungkin terlalu kurang atau terlalu longgar.
    6. Jumlah tes terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel materi pembelajaran.
    7. Jawaban masing-masing item bisa diprediksi oleh siswa.
  1. Faktor yang berasal dari administrasi dan skor :
    1. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa memberikan jawaban dalam situasi tergesa-gesa.
    2. Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa dibedakan mana yang belajar dan mana yang curang.
    3. Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua siswa.
    4. Teknik penskoran yang tidak konsisten, misalnya pada tes essay.
    5. Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
    6. Adanya joki yang masuk dan menjawab item yang diberikan.

Jenis-jenis tes

  1. Dari segi bentuk pelaksanaannya

Tes Tertulis ( paper and pencil tes)

Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga soal-soal dikerjakan secara tertulis pada kertas ujian dengan menggunakan pensil atau menggunakan komputer.

Tes Lisan ( oral tes)

Tes lisan dilakukan secara langsung antara siswa dengan guru. Guru memberikan pertanyaan yang langsung dijawab oleh siswa.

Tes Perbuatan (performance tes)

Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.

Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya

    1. Tes essay (uraian)

Tes essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.

Tes objektif

Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya.

Tes objektif terdiri dari bentuk berikut :

  1. Tes Betul-Salah (TrueFalse)
  2. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
  3. Tes Menjodohkan (Matching)
  4. Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)
  1. Dari segi fungsi tes di sekolah
    1. Tes Formatif

Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :

ü  Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran.

ü  Merupakan penguatan bagi pesertta didik

ü  Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan adanya tes ini dapat mengetahui dimana kelemahan mereka.

ü  Bagi peserta didik, tes ini berguna untuk mengetahui bagian mana yang belum dikuasainya

Soal-soal tes formatif ada yang mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas belajar (learning tasks) dalam program pengajaran yang akan dinilai. Tujuan utama tes formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan anak. Tes formatif sesungguhnya merupakan criterion-referenced tes. Tes formatif yang diberikan pada akhir satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai tes formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar siswa. Tes tersebut lebih tepat disebut sebagai subtes sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses belajar, maka maksud itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun berikutnya

 

  1. Tes Summatif

Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester. Tes sumatif diberikan saat satuan pengalaman belajar dianggap telah selesai. Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk menetapkan apakah seorang siswa berhasil mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan atau tidak. Tujuan tes sumatif adalah untuk menentukan angka berdasarkan tingkatan hasil belajar siswa yang selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Ujian akhir dan ulangan umum pada akhir caturwulan atau semester termasuk ke dalam tes sumatif. Hasil tes sumatif jga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran. Tes sumatif termasuk norm-referenced tes. Cakupan materinya lebih luas dan soal-soalnya meliputi tingkat mudah, sedang, dan sulit

 

  1. Tes Penempatan

Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.

Pada umunya tes penempatan dibuat sebagai prates (pretes). Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program belajar dan sampai di mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mereka. Dalam hubungan dengan tujuan yang pertama masalahnya berkaitan dengan kesiapan siswa menghadapi program yang baru, sedangkan untuk yang kedua berkaitan dengan  kesesuaian program pembelajaran dengan siswa.

 

  1. Tes Diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.

Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami peserta didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Tes diagnostik memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi peserta didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Tes diagnostik biasanya dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tes diagnostik diadakan untuk menjajaki pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang telah dikuasai mereka, apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu yang diperlukan untuk dapat mengikuti suatu bahan pelajaran lain.

Pengertian Tes

Tes merupakan sebuah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang sesuatu dengan menggunakan pertanyaan/latihan, yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan maupun bakat yang dimiliki oleh seseorang atau individu.

Dalam dunia pendidikan, tes yang dilakukan bertujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswwa dengan cara memberikan sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh siswa selama selang waktu tertentu yang telah ditetapkan.

Analisis Data Penelitian Kualitatif

Pekerjaan paling berat yang dilakukan peneliti setelah data terkumpul adalah analisis data. Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian, karena dari analisis ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantif maupun formal. Selain itu, analisis data kualitatif sangat sulit karena tidak ada pedoman baku, tidak berproses secara linier, dan tidak ada aturan-aturan yang sistematis.

Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa  dipahami dengan mudah.

Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Di dalam penelitian lapangan (field research) bisa saja terjadi karena memperoleh data yang sangat menarik, peneliti mengubah fokus penelitian. Ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal bisa berubah di tengah jalan karena peneliti menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya tidak terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang lebih bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan data atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, pengalaman dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis data kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut.

Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif

Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).

Beberapa teknik  pengumpulan data penelitian kualitatif :

1. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, dimana peneliti mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman wawancara maupun tanpa menggunakan pedoman wawancara.  Jenis wawancara meliputi wawancara terstruktur, wawncara  semiterstruktur, dan wawancara tidak terstruktur.

  1. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi yang akan diperoleh, dan telah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis serta  menyiapkan alat bantu yang sekiranya bias mebantu seperti tape recorder, gambar, brosur atau alat bantu lain yang sekiranya bias mebantu kelancaran pelaksanaan wawancara.

  1. Wawancara  semiterstruktur

Jenis wawancara dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuannya adalah untuk mendapatkan jawaban secara lebih terbuka dengan meminta keterangan dari informan.

  1. Wawancara  tidak terstruktur

Merupakan wawancara bebas yang tidak menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis. Yang diperlukan hanyalah garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah memulai wawancara dengan pertanyaan mudah, menggunakan fakta, hindari pertanyaan dengan jawaban ganda atau multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.

2.  Teknik Observasi

Teknik observasi merupakan teknik mengamati individu atau kelompok, yang relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku siswa dan interaksi siswa dalam kelompoknya. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasaan.

Beberapa macam observasi :

  1. Observasi partisipatif

Metode pengumpulan data dimana peneliti benar-benar terlibat langsung dengan aktifitas objek yang diamati.

b.    Observasi terus terang atau tersamar

Penelitian dengan terus terang artinya peneliti menyampaikan maksudnya kepada sumber data atau objek yang diobservasi bahwa sedang dilakukan penelitian sehingga aktivitas peneliti dari awal sampai akhir diketahui oleh objek (individu atau kelompok) yang sedang di observasi. Akan tetapi ada kalanya peneliti tidak menyampaikna maksudnya bahwa sedang dilakukan penelitian terhadap suatu objek, dengan tujuan agar objek bisa memberikan informasi tanpa merasa risih untuk membagi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Sehingga informasi yang dibutuhkan bisa diperoleh.

c.     Observasi tak terstruktur

Observasi  tak terstruktur dilakukan tanpa menggunakan panduan observasi. Dengan kata lain, peneliti harus mampu mengembangkan kemampuan pengamatannya dalam mengamati suatu objek, sehingga diperoleh pandangan secara menyeluruh dan pengalaman langsung.

 3.  Focus Group Discussion

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap permaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

4.  Teknik Kuisioner

Angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung yaitu peneliti tidak bertatap muka secara langsung dengan objek yang sedang diteliti. Instrumen atau alat pengumpulan datanya berupa angket yang berisi berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya. Karena tidak adanya tatap muka antara peneliti dengan responden, maka dalam menyusun atau membuat angket harus diperhatikan hal-hal berikut :

  1. Membuat pengantar atau petunjuk pengisian angket sebelum pertanyaaan.
  2. Butir-butir pertanyaan dituliskan secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular) dengan kalimat yang tidak terlalu panjang.
  3. Menyediakan ruang yang cukup untuk menuliskan jawaban dari responden.

5. Teknik Dokumen

Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film,  gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu memberikan informasi bagi proses penelitian.

6.   Teknik Triangulasi

Triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang paling umum digunakan. Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Teknik triangulasi yang dapat digunakan meliputi:

a.  Triangulasi Data

Teknik triangulasi data dapat disebut juga triangulasi sumber. Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia berusaha menggunakan berbagai sumber yang ada.

b.  Triangulasi Peneliti

Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik yang berupa data maupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya dapat diuji oleh peneliti lain. Triangulasi peneliti  dapat dilakukan dengan menyelenggarakan diskusi atau melibatkan beberapa peneliti yang memiliki pengetahuan yang mencukupi.

c.   Triangulasi Metodologis

Teknik triangulasi metode digunakan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan metode yang berbeda

d.   Triangulasi Teoretis

Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Oleh karena itu, dalam melakukan jenis triangulasi ini, peneliti harus memahami teori-teori yang digunakan dan keterkaitannya dengan permasalahan yang diteliti sehinngga mampu menghasilkan simpulan yang mantap.

Jenis – Jenis Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena atau gejala-gejala sosial dengan menitikberatkan pada fenomena yang terjadi, dengan harapan akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang dikaji untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori. Karena tujuannya berbeda dengan penelitian kuantitatif, maka prosedur perolehan data dan jenis penelitian kualitatif juga berbeda.

Jenis – jenis penelitian kualitatif antara lain :

  1. Penelitian fenomenologi

Penelitian dengan pendekatan fenomenologi berusaha memahami makna dari suatu peristiwa atau fenomena yang saling berpengaruh dengan manusia dalam situasi tertentu. Penelitian fenomenologi berorientasi untuk memahami, menggali, dan menafsirkan arti dari peristiwa – peristiwa, fenomena – fenomena dan hubungan dengan orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu.

Karakteristik penelitian fenomenologi :

1)      Tidak berasumsi mengetahui hal – hal apa yang berarti bagi manusia yang akan diteliti

2)      Memulai penelitian dengan keheningan untuk menangkap apa yangs edang diteliti

3)      Menekankan pada aspek subjektif perilaku manusia, berusaha masuk di dalam konseptual subyek.

4)      Mempercayai bahwa dalam kehidupan manusia banyak cara yang diapakai untuk menafsirkan pengalaman – pengalaman.

  1. Penelitian sejarah

Penelitian sejarah merupakan penelaahan sumber-sumber yang berisi informasi mengenai masa lampau, yaitu mendeskripsikan gejala yang terjadi pada masa lalu. Penelitian sejarah di dalam pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting karena  bermaksud membuat rekontruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dan menyeluruh tentang objek yang sedang diobservasi.

  1. Studi kasus (case study)

Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Studi kasus menghasilkan suatu data yang akan dianalisis sehingga dihasilkan suatu teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsip. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari dapat berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.

  1. Penelitian etnografi (budaya)

Penelitian etnografi berhubungan dengan sekelompok orang atau suatu budaya, dengan maksud untuk menguji kelompok tersebut dalam hal pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Karena melibatkan sekelompok orang, waktu pengamatan dalam penelitian etnografi ini akan memakan waktu yang cukup panjang, dimana peneliti terlibat langsung dalam aktifitas keseharian objek yang diamati.

  1. Penelitian grounded theory

Penelitian grounded theory berhubungan dengan situasi tertentu, dimana setiap individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Penelitian ini dilakukan berdasarkan ketiadaan teori yang mencakup kenyataan berbeda-beda dalam kehidupan manusia dan peneliti tahu persis apa yang terjadi dilapangan dan mempercayai apa yang dilihatnya.

  1. Penelitian tindakan (action research)

Penelitian tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan yang bertujuan untuk  peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atas tindakan yang telah diambil dan kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Penelitian tindakan di kalangan pendidikan dapat diterapkan pada sebuah kelas sehingga sering disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

  1. Penelitian pustaka / studi dokumen

Studi dokumen atau teks merupakan penelitian pada bahan tertulis berupa catatan yang terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya, yang merupakan naskah asli atau otentik.

  1. Penelitian biografi

Penelitian biografi merupakan suatu penelitian tentang individu dan pengalaman hidupnya yang dituliskan kembali dengan cara mengumpulkan arsip-arsip terkait serta mewawancarai objek yang diteliti.

Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Hopkins (1993) menyebutkan ada 6 (enam) prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas.

Prinsip pertama, bahwa tugas guru yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, guru memiliki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran ada kemungkinan tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil, maka ia harus tetap berusaha mencari alternatif lain.

Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran (reflection).

Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis data. Obyektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data, dan hasil tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung.

Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap pemerolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.

Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam (motivasi intrinsik), bukan sesuatu yang bersifat instrumental.

Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.

Berdasar uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya di atas, maka dapat dicermati karakteristik penelitian tindakan kelas, yang berbeda dari karakteristik penelitian formal, yaitu bahwa PTK merupakan

  • an inquiry on pratice from within

Karakteristik pertama dari penelitian tindakan kelas bahwa kegiatan tersebut dimulai oleh permasalahan praktis yang dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-harinya sebagai pengelola program pembelajaran di dalam kelas atau sebagai jajaran staf pengajar di sekolah. Dengan kata lain penelitian tindakan kelas bersifat practice driven dan action driven, dalam arti bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan memperbaiki praksis secara langsung ‘disini’, ‘sekarang’ sehingga seringkali istilah penelitian tindakan kelas dipertukarkan dengan istilah penelitian praktis.

Dalam hal metodologi, penelitian tindakan kelas tidak kaku seperti penelitian formal, dalam arti tidak terlalu memperhatikan kontrol terhadap perlakuan. Namun demikian sebagai kajian yang taat kaidah pengumpulan data tetap dilakukan dengan menekankan objektivitas. Pengungkapan kebenaran dilakukan secara cermat dan objektif sehingga memungkinkan terselenggaranya peninjauan ulang oleh sejawat. Dengan kata lain, sebagaimana halnya dengan penelitian formal, Penelitian tindakan kelas dimaksudkan bukan untuk mengemukakan pembenaran diri (self justification), melainkan untuk mengemukakan kebenaran, meskipun jangkauannya lebih terbatas (tidak bisa digeneralisasikan ke populasi).

Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas bepijak pada dua landasan yaitu involvement, keterlibatan langsung guru dalam pelaksanaan penelitian dan improvement, komitmen guru untuk melakukan perbaikan, termasuk perbaikan dalam cara berpikir dan kinerjanya sendiri, kerena itu penelitian tindakan kelas dapat menjadi self reflective inquiry bagi guru, dalam situasi nyata di dalam kelas.

  • Collaborativ

Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru, tetapi harus berkolaborasi dengan sejawatnya. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Nuansa kolaborasi ini harus tertampilkan dalam keseluruhan proses mulai dari identifikasi masaah bersama, perencanaan, pelaksanaan penelitian tindakan kelas, observasi dan evaluasi, dan refleksi, sampai dengan penyusunan laporan akhir penelitian.

  • Reflective, Practice, Made Public

Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan untuk perbaikan (improvement) praktis. Berbeda dengan penelitian formal yang lebih mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan kepada proses ‘perenungan kembal’i (refleksi) terhadap proses dan hasil penelitian secara berkelanjutan untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang efektifan, dan sebagaianya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat digunakan memperbaiki proses tindakan pada siklus-siklus selanjutnya.

  • Every day Pratical Problems

Penelitian tindakan kelas lebih memfokuskan permasalahan nyata di dalam kelas yang dihadapi guru sehari-hari, bukan berangkat dari permasalahan yang bersifat teoritis (teoritical problems). Oleh sebab itu penentuan masalah dalam penelitian tindakan kelas harus berawal dari permasalahan nyata di dalam kelas, yang kemudian didiagnosis akar masalah dari permasalahan tersebut sebelum bisa menentukan langkah-langakah tindakan yang paling tepat.

  • Teori menuju aksi

Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk mengadopsi teori kedalam tindakan nyata untuk merubah situasi yang sulit kedalam permasalahan praktis yang bisa dipecahkan.

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan solusi terhadap masalah. Sebelum ada masalah yang ditetapkan, maka perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk mempertanyakan kualitas pembelajaran yang selama ini dicapai. Sikap demikian sangat diperlukan untuk menumbuhkan kemauan untuk memperbaiki diri. Pertanyaan-pertanyaan dapat diarahkan pada: apakah kualitas siswa sudah cukup baik? Apakah proses pembelajaran yang dilakukan sudah cukup efektif? Apakah sarana pembelajaran cukup memadai? apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas? dst. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah dalam pembelajaran.

Di dalam mendiagnosis masalah untuk PTK ini harus ingat bahwa tidak semua topik penelitian dapat diangkat sebagai topik PTK. Hanya masalah yang dapat “dikembangkan berkelanjutan” dalam kegiatan harian selama satu semester atau satu tahun yang dapat dipilih menjadi topik. “Dikembangkan berkelanjutan” berarti bahwa setiap waktu tertentu, misalnya 2 minggu atau satu bulan, rumusan masalahnya, atau hipotesis tindakannya, atau pelaksanaannya sudah perlu diganti atau dimodifikasi. Dalam kegiatan di kelas, guru dapat mencermati masalah-masalah apa yang dapat dikembangkan berkelanjutan ini dalam empat bidang yaitu yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, proses belajar-mengajar, pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar, maupun sebagai wahana peningkatan personal dan profesional.

PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas dapat dilakukan dalam rangka:

1)  meningkatkan kegiatan belajar-mengajar

2) meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar

3) menerapkan pendekatan belajar-mengajar inovatif

4) mengikutsertakan pihak ketiga dalam proses belajar-mengajar.

PTK yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar dapat dilakukan dalam rangka:

1) menerapkan berbagai metode mengajar

2) mengembangkan kurikulum

3)meningkatkan peranan siswa dalam belajar

4)memperbaiki metode evaluasi.

PTK yang dikaitkan dengan pengembangan/penggunaan sumber-sumber belajar dapat dilakukan dalam rangka pengembangan pemanfaatan :

1) model atau peraga

2) sumber-sumber lingkungan

3) peralatan tertentu.

PTK sebagai wahana peningkatan personal dan profesional dapat dilakukan dalam rangka :

1) meningkatkan hubungan antara siswa, guru, dan orang tua

2) meningkatkan “konsep diri” siswa dalam belajar

3) meningkatkan sifat dan kepribadian siswa

4)meningkatkan kompetensi guru secara profesional.

Jadi, masalah penelitian yang dipilih hendaknya memenuhi kriteria “dapat diteliti”, dapat “ditindaki”, dan “ditindaklanjuti”. Penetapan masalah hendaknya dilakukan setelah menganalisis seluruh pilihan masalah, minat, dan keinginan guru) untuk memecahkan salah satu atau beberapa di antaranya. Penetapan masalah ini ditandai dengan penentuan permasalahan yang akan diteliti dan perumusan fokus masalahnya.

Masalah-masalah lain yang mungkin dihadapi guru dapat berupa:

•    Bagaimana meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar sehingga mereka sepertinya “tidak sabar” menunggu-nunggu datangnya jam pelajaran yang dibina oleh guru tersebut

•    Bagaimana mengajak siswa agar di kelas mereka benar-benar aktif belajar (aktif secara mental maupun fisik, aktif berpikir)?

  • Bagaimana menghubungkan materi pembelajaran dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari agar mereka dapat menggunakan pengetahuan dan pemahamannya mengenai materi itu dalam kehidupan sehari-hari dan tertarik untuk mempelajarinya karena mengetahui manfaatnya?
  • Bagaimana memilih strategi pembelajaran yang paling tepat untuk membelajarkan materi?
  • Bagaimana melaksanakan pembelajaran kooperatif?

 

Striger (2004) memberikan arahan untuk memfokuskan penelitian dengan jelas setelah melakukan refleksi mengenai apa yang terjadi yang memunculkan masalah dan apa isu serta peristiwa yang terkait dengan masalah. Isu atau masalah itu harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang dapat diteliti dan diidentifikasi tujuan meneliti masalah tersebut.
Isu atau topik yang ingin diteliti: Definisikan apa isu atau peristiwa yang menimbulkan permasalahan.
Masalah penelitian: Nyatakan isu sebagai suatu masalah.
Rumusan masalah: Tuliskan masalah dalam bentuk pertanyaan.
Tujuan penelitian: deskripsikan apa yang diharapkan dapat diperoleh dengan meneliti masalah ini.
Misalnya dipilih masalah sebagai berikut.

Isu : Siswa kurang aktif di kelas, cenderung tidak pernah mengajukan pertanyaan padahal guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi hampir tidak ada siswa yang bertanya.

Masalah : Siswa perlu digalakkan untuk aktif dalam kelas, aktif secara utuh (sedapat mungkin ”hands on” atau ”minds on”, bahkan juga kalau mungkin ”hearts on”).

Fokus masalah: Bagaimana meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas?
Rumusan masalah PTK yang lengkap biasanya berupa suatu pertanyaan dalam bentuk ”Masalah apa yang terjadi di kelas, bagaimana upaya mengatasinya, apa tindakan yang dianggap tepat untuk itu, di kelas, dan sekolah mana hal itu terjadi?”

Contoh fokus masalah (rumusan masalah yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi penelitian): Bagaimana peningkatan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands on”, ”minds on” maupun ”hearts on” ?

Tujuan penelitian: Merupakan jawaban terhadap masalah penelitian

Contoh tujuan (yang belum dilengkapi dengan tindakan dan lokasi penelitian): Meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas, baik secara ”hands on”, ”minds on” maupun ”hearts on”..

Setelah ditetapkan fokus masalah seperti itu, dosen dan guru berdiskusi mengadakan gagas pendapat mengenai tindakan apa saja yang dapat dipilih untuk memecahkan masalah.

Perbedaan PTK Dan Dan Penelitian Formal

Penelitian tindakan kelas muncul dari antitesis penelitian formal (empiris) karena penelitian formal dianggap hanya bersifat teoritis akademis. Metode penelitian formal cenderung kaku (rigid) sehingga tidak sesuai dengan setting objek secara alami, dan temuan penelitian yang demikian berupa perevisian, pengembangan, pengguguran, dan penemuan teori baru. Penelitian formal demikian dirasa ‘kurang’ banyak manfaatnya pada tataran perbaikan praktis.

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk menghasilkan informasi dan pengetahuan yang valid dan memiliki penerapan segera, untuk guru itu sendiri atau siswa-siswa mereka melalui refleksi kritis (critical reflection). Secara lebih jelas keterkaitan antara penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian formal (empiris) dan personal reflection dapat dilihat pada gambar berikut.

keterkaitan antara penelitian tindakan kelas

Personal reflection: pengkajian kembali terhadap keberhasilan atau kegagalan berbagai tujuan dan untuk menentukan perlu tidaknya tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir

Empirical Research: a formal method of study based on observed and measured phenomena that derives knowledge from actual experience.

CAR/PTK : a method of finding out what works best in class in order to improve student learning. CAR is more systematic and data based than personal reflection, but is more informal and personal than formal research.

Dari gambar 2 di atas diketahui diagram ven posisi penelitian tindakan kelas diantara personal reflection dengan empirical research. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan perpaduan positif di antara keduanya. Posisi PTK yang demikian tentu saja membawa konsekuensi logis perbedaan dan persamaan prinsip dengan penelitian formal (empiris).

Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas

Konsep penelitian tindakan bermula dari pandangan seorang ahli psikologi sosial, Kurt Lewin (1946). Lewin menggunakan pendekatan penelitian tindakan setelah usainya perang dunia ke-dua dalam usaha menyelesaikan berbagai masalah sosial. Lewin pada saat itu mengemukakan dua ide pokok penelitian tindakan yaitu : (1) keputusan bersama, dan (2) komitmen untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi kerja. Kedua ide pokok tersebut sekarang menjadi karakteristik dasar penelitian tindakan yang menegaskan perlunya usaha kolaboratif atau usaha secara bersama-sama dalam meningkatkan mutu prestasi kerja.

Pada tahun 1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen Corey di New York sebagai pendekatan penelitian yang diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada Tahun 1976 Jhon Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru mengembangkan usaha inkuiri dalam pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas yang kemudian dikenal dengan penelitian tindakan kelas (PTK).

Banyak ahli memberikan definisi tentang penelitian tindakan kelas (PTK) berikut ini akan disajikan beberapa definisi PTK yang dikemukakan oleh para ahli tersebut.

(1)    Standford (1970) mendefinisikan penelitian tindakan adalah ‘analysis, fact finding, conceptualization, planing, execution, more fact finding or evaluation; and then repetition of this whole circle of activities; indeed, a spiral of such circle.

(2)    Tim proyek PGSM (1999) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantaban rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.

(3)    Mukhlis, Abdul dan Nur, Mohamad (2001) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis dan siklustis.

(4)    Kemis, Stephen dalam D. Hopkins (1992) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah ‘action research is a form of self reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation inorder to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational pratices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices are carried out’ (penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-praktek sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi di tempat praktek itu dilaksanakan).

(5)    Mills (2003) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai berikut; ‘Any systematic inquiry conducted by teacher researchers … to gather information about how their particular schools operate, how they teach, and how well their students learn’.

(6)    Rapoport (1991) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai berikut; ‘Action research aims to contribute both to the practical concerns of people in an immediate problematic situation and to the goals of social science (including education) by joint collaboration within a mutually acceptable ethical framework.

Bila digabungkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka diperoleh batasan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang (bersiklus) dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi. Proses siklus kegiatan dalam penelitian tindakan divisualisasikan pada gambar berikut.

Proses siklus kegiatan dalam penelitian tindakan

Dari gambar  di atas terlihat dengan jelas daur ulang aktivitas dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning)¸ penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation dan evaluation), dan melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.