Erda Angraini

education center

Teknik Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif terdiri dari beragam bentuk. Menurut Martin Tessmer (1996) dalam diktat teori dan praktek evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman, 2009) evaluasi formatif dapat dilakukan sebagai berikut :

1.      Review ahli (expert review)

Evaluasi dimana ahli yang mengkaji ulang program layanan dengan atau tanpa kehadiran evaluator. Ahli bisa ahli materi, ahli teknis, perancang, atau instruktur. Evaluasi ini dilakukan terhadap program muatan layanan yang masih kasar atau masih dalam rancangan (draft) untuk mengetahui kelebihan dan kelemahannya.

a)      Kelebihan dari review ahli adalah :

  • Review menghasilkan tipe informasi yang berbeda jika dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari evaluasi orang per orang, kelompok kecil, atau uji lapangan.
  • Kadang-kadang ahli yang dibutuhkan telah ada dan dibayar dengan murah.

b)      Sedangkan kelemahannya adalah :

  • Review ahli tidak memberikan pandangan atau pendapat dari sudut pandang siswa.
  • Review ahli membutuhkan biaya tinggi jika orang ahli harus didatangkan dari wilayah yang jauh.

c)      Informasi yang dapat digali dari pelaksanaan review ahli antara lain :

  • Informasi yang berkaitan dengan content (materi), seperti kelengkapan, akurasi, kepentingan, serta kedalaman.
  • Informasi yang berkaitan dengan disain instruksional, seperti kesesuain dengan karakteristik, dan tugas perkembangan siswa, kesesuaian antara tujuan-materi-evaluasi, ketepatan pemilihan media, dan ketertarikkan bagi siswa.
  • Informasi yang berkaitan dengan implementasi, seperti kemudahan penggunaan, kesesuaian dengan lingkungan belajar sebenarnya, kesesuaian dengan lingkungan.
  • Informasi kualitas teknis, seperti kualitas layout, grafis, audio, visual, dll.

2.      Evaluasi orang per orang (one-to-one evaluation)

Evaluasi ini dilakukan dengan wawancara yang dilakukan secara perorangan oleh evaluator terhadap beberapa siswa dimana secara satu persatu siswa diminta untuk memberikan komentarnya mengenai program layanan yang sedang dikembangkan. Selain itu siswa juga biasanya diminta untuk menyelesaikan pre dan post test untuk mengukur efektifitas program layanan.

Keuntungan dari evaluasi ini adalah evaluasi ini memberikan informasi dari sudut pandang siswa, serta evaluasi ini dapat dilakukan dengan mudah, cepat, murah, dan produktif.

Informasi yang dapat diperoleh dari evaluasi ini meliputi beberapa aspek, antara lain:

  • Materi (content)

Seperti tingkat kesulitan, kejelasan, kemenarikan, serta kekinian materi.

  • Disain instruksional

Seperti kejelasan tujuan, kelogisan sistematika penyampaian materi.

  • Implementasi

Seperti tingkat kesulitan penggunaan, tingkat kemudahan dana, kemungkinan kesulitan yang dihadapi.

  • Kualitas teknis

Seperti kualitas animasi, video, serta layout.

Menurut Tessmer (1996) dalam diktat teori dan praktek evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman, 2009) untuk memilih subyek dalam evaluasi satu per satu, ada beberapa karakteristik yang bisa dijadikan patokan, yakni:

  • Pengetahuan siswa: meliputi seberapa jauh mereka dapat mengetahui tentang materi yang akan diberikan (pre test).
  • Kemampuan siswa: apakah siswa mempunyai kemampuan intelektual dan strategi yang menunjukkan bahwa dirinya sebagai siswa dapat belajar cepat atau lambat.
  • Minat siswa: meliputi apakah mereka akan menunjukkan motivasi yang kuat untuk mempelajari dan mereview program layanan yang sedang dikembangkan.
  • Keterwakilan siswa: seberapa jumlah siswa dari populasi yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan motivasi.
  • Kepribadian siswa: apakah cukup percaya diri dan terbuka untuk mengekspresikan kritiknya selama evaluasi.

3.      Evaluasi kelompok kecil (small group).

Evaluasi di mana evaluator mengujicobakan suatu program layanan pada suatu kelompok siswa dan mencatat performance dan komentar-komentarnya.

4.      Uji lapangan (field test)

Evaluasi di mana evaluator mengobservasi program layanan yang diujicobakan kepada sekelompok siswa tertentu dalam suatu situasi nyata. Evaluasi ini dilakukan terhadap suatu program layanan yang sudah selesai dikembangkan, tapi masih membutuhkan atau memungkinkan untuk direvisi akhir.

Salah satu kelebihan dari uji lapangan adalah bahwa dengan evaluasi ini akan diperoleh informasi apakah program layanan dengan menggunakan menggunakan metode tertentu akan benar-benar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menurut Tessmer (1996) dalam diktat teori dan praktek evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman, 2009) beberapa fokus penggalian informasi yang perlu dijadikan patokan dalam uji lapangan adalah :

  • Kemampuan untuk dilaksanakan
  • Kesinambungan
  • Efektifitas
  • Kecocokan dengan lingkungan
  • Digunakan dalam beberapa variasi lingkungan.

d.      Manfaat data penilaian hasil belajar formatif

Data hasil belajar formatif dapat diperoleh guru secara langsung pada akhir proses belajar mengajar berupa hasil skor pasca tes. data ini disamping menggambarkan penguasaan tujuan instruksi oleh para siswa, juga memberi petujuk kepada guru tentang keberhasilan dirinya dalam mengajar. oleh sebab itu data itu sangat bermanfaat bagi guru dalam upaya memperbaiki tindakan mengajar selanjutnya. dari kajian hasil penilaian ini guru dapat memetik mafaat dalam :

1)      memperbaiki program pengajaran atau suatu pelajaran dimasa mendatang terutama dalam merumuskan tujuan instruksional, organisasi bahan, kegiatan belajar mengajar, dan pertanyaan penilaian.

2)      meninjau kembali dan memperbaiki tindakan mengajarnya dalam memilih dan menggunakan metode mengajar, mengembangkan kegiatan belajar siswa, bimbingan belajar, tugas dan latihan para siswa, dll.

3)      mengulang kembali bahan pengajaran yang belum di kuasai oleh siswa sebelum melanjutkan dengan bahan baru, atau memberi penugasan kepada siswa untuk memperdalam bahan yag belum dikuasainya.

4)      melakukan diagnosis kesulitan belajar para siswa sehingga dapat di temukan faktor penyebab kegagalan siswa dalam menguasai tujuan instruksional.

Evaluasi Formatif

Michael Scrive mengembangkan model evaluasi formatif dan sumatif. model ini menunjukkan adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (evaluasi sumatif).

Model evaluasi formatif dan sumatif ketika melaksanakan evaluasi, evaluator tidak dapat melepaskan diri dari tujuan. Tujuan evaluasi formatif memang berbeda dengan tujuan evaluasi sumatif. Dengan demikian, model yang dikemukakan oleh Michael Scrive ini menunjukakan “apa, kapan, dan tujuan” evaluasi tersebut dilaksanakan.

Para evaluator pendidikan, termasuk guru-guru yang mempunyai tugas evaluasi, tentu sudah mengenal dengan baik apa yang dimaksud dengan evaluasi formatif dan sumatif. Hampir setiap bulan guru-guru melaksanakan evaluasi formatif dalam bentuk ulangan harian. Evaluasi tersebut dilaksanakan untuk mengetahui sampai berapa tinggi tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan untuk masing-masing pokok bahasan. Dikarenakan luas atau sempitnya materi yang tercakup didalam pokok bahasan setiap mata pelajaran tidak sama, maka tidak dapat ditentukan dengan pasti kapan eveluasi formatif dilaksanakan dan berapa kali untuk masing-masing mata pelajaran.

A.    Evaluasi Formatif

Menurut Scriven (1991) dalam diktat teori dan praktek evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman, 2009), evaluasi formatif adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk atau program tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk melakukan perbaikan.

Yaitu evaluasi yang digunakan untuk mencari umpan balik guna memperbaiki proses belajar mengajar bagi guru maupun peserta didik. Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Misalnya, selama pengembangan program paket kurikulum, evaluais formatif akan melibatkan pemeriksaan konten oleh ahli, pilot tes terhadap sejumlah siswa, tes lapangan terhadap siswa yang lebih banyak dan dengan guru di beberapa sekolah, dan lain sebagainya. Pada evaluasi formatif, audiensinya personalia program, mereka yang bertanggung jawab atas pengembangan kurikulum. Evaluasi formatif harus mengarah kepada keputusan tentang perkembangan program termasuk perbaikan, revisi, dan semacamnya.

Evaluasi formatif (kadang-kadang disebut sebagai internal) adalah sebuah metode untuk menilai layak program sementara kegiatan program sedang membentuk (dalam proses). Ini bagian dari evaluasi berfokus pada proses.

Dengan demikian, evaluasi formatif pada dasarnya dilakukan dengan cepat. Mereka mengizinkan desainer, peserta didik, dan instruktur untuk memantau seberapa baik tujuan instruksional dan tujuan telah terpenuhi. Evaluasi Formatif juga berguna dalam menganalisis materi pembelajaran, dan prestasi belajar siswa, dan efektifitas guru Evaluasi Formatif terutama suatu proses pembangunan yang menumpuk serangkaian komponen bahan baru, keterampilan, dan masalah menjadi keseluruhan yang berarti utama. – Wally Guyot (1978)

 

a.       Tujuan Evaluasi Formatif

1.    Evaluasi formatif adalah mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahui hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambilan keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program.

2.    Untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan untuk melakukan perbaikan suatu produk atau program.

b.      Fungsi Evaluasi Formatif

1.      Sebagai balikan bagi siswa dan guru tentang kemajuan belajar.

2.      Untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaikai proyek, kurikulum, atau lokakarya.

Analisis Data dalam Evaluasi Program

Dalam penelitian data di bagi dua yaitu data kuantitatif dan kualitatif, dengan kedua jenis ini kemudian data diolah. Jenis pertama terkait dengan statistika sedangkan yang kedua sebaliknya atau nonstatistika. Dalam menganalisis dan mengolah data kuantitatif hendaknya dilakukan dengan tabulasi data. Tabulasi merupakan coding sheet untuk memudahkan peneliti dalam mengolah dan menganalisis data. Karena memahami secara tabulasi lebih mudah dibandingkan dengan bentuk uraian narasi yang panjang. Analisis data kuantitatif dapat dilakukan dengan dua cara, Pertama. Statistik Deskriptif adalah suatu teknik pengolahan data yang tujuannya melukiskan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik kesimpulan atas populasi yang diamati. Kedua, Statistik Inferensial yaitu mencakup metode-metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data yang dilakukan untuk meramalkan dan menarik kesimpulan atas data dan akan berlaku bagi keseluruhan gugus atau induk dari data tersebut. Statistik ini juga disebut dengan statistik parametrik berlaku untuk data interval atau rasional jika datanya normal. Dan apabila datanya tidak normal serta berbentuk ordinal atau nominal, maka jenis statistik yang digunakan adalah statistik nonparametrik.

Tidak semua data dilapangan berbentuk simbol-simbol yang bisa dikuantifikasi dan dihitung secara matematis. Ada kalanya datanya abstrak yang tidak dapat dimanipulasi menjadi numerik sehingga data jenis ini hanya dapat dilakukan dengan analisis kualitatif.

Kegiatan dalam menganalisis data kualitaitif dapat melalui tahapan-tahapan berikut :

1. Dengan mereduksi/menyiangi data

2. Display data

3. Menafsirkan data

4. Menyimpulkan dan verifikasi

5. Meningkatkan keabsahan hasil

6. Narasi hasil analisis.